
JAKARTA – Rekonsiliasi yang dilakukan oleh tim 7 alumni 212 merupakan langkah penyelesaian konflik yang sangat elegan. Ide brilian ini sesungguhnya berasal dari pemikiran Habib Rizieq Syihab yang masih berada di Arab Saudi setelah berkonsultasi dengan pengacaranya, Prof. DR. Yusril Ihza Mahendra.
Berangkat dari keinginan baik ini,
rekonsiliasi antara pemerintah dengan umat Islam yang diwakili para
petinggi ulama dan habaib khususnya mereka yang berada di barisan depan
gerakan Aksi Bela Islam pun terwujudkan di hari Raya Iedul Fitri 1438 H.
Ide dan gagasan rekonsiliasi memang
memberi warna tersendiri di kalangan petinggi Habaib, antara yang
menerima ide dan gagasan rekonsiliasi dan mereka yang tidak setuju. Ini
suatu hal yang lumrah dan wajar dan tidak akan menimbulkan perpecahan di
kalangan umat. Karena ide awal memang dari Imam Besar Indonesia, Habib
Rizieq Syihab.
Mereka yang tidak setuju memiliki alasan
dan argumentasi yang tentunya sangat kuat menimbang fenomena yang
terjadi selama ini. Namun demikian, perlu dipahami bahwa perintah
rekonsiliasi yang sebelumnya tidak dianggap oleh petinggi itu, merupakan
ide Habib Rizieq itu sendiri, yang perlu dihargai sebagai simbol
pemersatu umat. Saya pribadi termasuk orang yang tidak setuju dengan
rekonsiliasi tersebut namun bila menimbang bahwa ide dan gagasan itu
bersumber dari Habib Rizieq, maka keputusan rekonsiliasi harus diterima
demi menjaga nilai persatuan yang lebih luas.
Perlu disadari bahwa perbedaan ini akan
menjadi celah bagi pemikiran liar dari mereka yang tidak menginkan
persatuan umat islam terbangun dengan apik. Maka itulah, kesadaran untuk
menjaga persamaan visi dan misi bersama Habib Rizieq ini sangat penting
bagi tokoh dan umat Islam, khususnya mereka yang telah berkorban waktu
dan tenaga dalam aksi bela Islam sebelumnya. Jangan sampai upaya dan
pengorabanan tersebut sirna hanya karena dipanas-panasi oleh syetan yang
memang menginginkan pecahnya gerakan dan persatuan Islam.
Fokuskan diri bahwa ini bukan ide Tim 7
semata untuk melakukan rekonsiliasi tetapi sesungguhnya berasal dari
pemikiran Habib Rizieq Syihab yang sementara ini masih berada di luar
Indonesia. Biarlah rekonsiliasi berjalan dengan segala kekurangan dan
kelebihannya dan tetap jaga persatuan. Jangan dengarkan ocehan media
yang sengaja menghembuskan fitnah dan perpecahan. Wa’tashimuu
bihablillah jamii’an wa laa tafarroquu.[ RADARINDONESIANEWS.COM ].
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »