Menurut Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, 
peresmian KRI I Gusti Ngurah Rai 332 melengkapi kekuatan KRI yang telah 
ada sebelumnya, hal ini merupakan bagian integral dari pembangunan 
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menuju kekuatan 
pokok minimum sekaligus menandai proses kebangkitan kembali kekuatan dan
 kejayaan TNI Angkatan Laut.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan bahwa KRI I Gusti Ngurah Rai 332 merupakan kapal kedua proyek KapalShip Integrated Geometrical Modularity Approach (SIGMA)
 atau jenis Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR). “ KRI ini merupakan produk 
kedua dari rencana 4 (empat) buah kapal hasil kerja sama alih teknologi 
antara PT. PAL Indonesia dengan Perusahaan Kapal Belanda, Damen Schelde Naval Ship Building(DSNS),” jelasnya.
Dengan kehadiran KRI I Gusti Ngurah 
Rai 332, menambah dan memperkuat kesiapsiagaan komponen pertahanan 
negara khususnya TNI Angkatan Laut untuk memastikan tetap tegaknya 
kedaulatan NKRI termasuk kedaulatan di perairan Indonesia.  “Kehadiran 
KRI I Gusti Ngurah Rai 332 di jajaran TNI AL akan memberikan warna baru 
dalam pengembangan taktik serta pembangunan kekuatan bagi TNI dan TNI 
Angkatan Laut pada khususnya, sehingga akan terwujud TNI AL yang 
berkelas dunia,” kata Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi 
Tjahjanto menjelaskan bahwa pemberian nama kapal perang dengan nama 
pahlawan nasional merupakan pembangkit semangat Patriotisme dan 
Nasionalisme bagi seluruh jajaran TNI, khususnya para prajurit 
pengawaknya di jajaran TNI Angkatan Laut.  “I Gusti Ngurah Rai adalah 
pahlawan nasional, salah satu putra terbaik di Pulau Bali yang sangat 
besar jasanya dalam memperjuangkan pembebasan Pulau Bali dari cengkraman
 penjajah Belanda. Berkat jasa dan perjuangan beliau, Pulau Bali dapat 
kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi menjadi bagian integral NKRI,” 
ungkapnya.
Disisi lain, Panglima TNI Marsekal TNI
 Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa ditinjau dari geo-politik dan 
geo-strategi wilayah laut nasional bukan hanya menyempurnakan nilai 
strategis dan posisi Indonesia, melainkan juga posisi kawasan Asia 
Tenggara di mata dunia internasional. Menurutnya, struktur geografi 
tersebut menjadikan wilayah Indonesia demikian terbuka dan dapat 
dimasuki dari berbagai penjuru.
“Perspektif  TNI khususnya TNI 
Angkatan Laut, bahwa tantangan tugas kedepan tidak semakin ringan 
terlebih lagi bila dihubungkan dengan geo-strategi dan geo-ekonomi 
kawasan Pasifik yang semakin dinamis. Dengan diresmikannya KRI I Gusti 
Ngurah Rai harus menjadi momentum yang sangat strategis sehingga layak dibanggakan dan disyukuri,”  ujar Panglima TNI.
Mengakhiri amanatnya, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menekankan sebagai berikut ; tingkatkan terus profesionalitas sebagai pengawak Alutsista yang handal, sehingga mampu mengawaki dan mengoperasikan Alutsista yang dipercayakansesuai dengan prosedur dan fungsi azasinya untuk memenangkan pertempuran; laksanakan tugas operasi dengan penuh tanggung jawab, pegang teguh Sapta Marga,Sumpah Prajurit dan Trisila TNI Angkatan Laut; serta pelihara dan tingkatkan kewaspadaan serta keselamatan dan keamanan baik personel maupun material, untuk mewujudkan program zero accident.
KRI I Gusti Ngurah Rai 332 di 
Komandani oleh Kolonel Laut (P) Endra Hartono, S.H. dan  merupakan kapal
 yang mampu membawa 120 kru dengan kecepatan 28 knots.  Kapal Perusak 
Kawal Rudal ini memiliki kemampuan untuk perang empat matra sekaligus, 
perang permukaan sesama kapal perang, perang bawah air melawan kapal 
selam, perang  udara dengan pesawat tempur dan perang elektronika, 
sekaligus memiliki kemampuan membajak sistem persenjataan dan kendali 
dari kapal perang musuh.
Menjawab pertanyaan awak media, 
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa Kapal Perusak 
Kawal Rudal yang dikukuhkan namanya menjadi KRI I Gusti Ngurah Rai 332 
adalah kapal yang kedua dari empat pemesanan, sehingga masih diperlukan 2
 (dua) kapal lagi berdasarkan Renstra kedua tahun 2014-2019.
“Kalau kita bicara ideal masih kurang banyak, tetapi kita bicarakan berdasarkan Minimum Esensial Force (MEF),
 sehingga apa yang kita harapkan nantinya dalam renstra kedua yang harus
 dipenuhi adalah 4 (empat) KRI akan segera kita realisasikan secara 
bertahap,” kata Panglima TNI.
Autentikasi :
Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Inf Bedali Harefa, S.H.
Penerbit: superWarta
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »